IBNU BAJJAH

AB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat adalah merupan induk dari ilmu pengetahuan, karena Filsafat mendorong orang untuk berfikir secara menyeluruh untuk mengungkap hakikat dari sesuatu. Dengan berfikir secara Filsafat tentang sesuatu atau ilmu kita dapat menghasilkan suatu metode atau ilmu baru yang merupakan turunan dari ilmu yang telah ada. Jadi sangat wajar bila para Filosof dapat memahami hakikat sesuatu atau ilmu dan dapat memunculkan teori-teori baru disamping teori yang telah ada.
Filsafat hadir kedalam kehidupan manusia sejak Zaman sebelum masehi, tetapi mulai terpetakan pada zaman emperium Romawi di Yunani, sehingga menghasilkan para Filosof seperti: Thales, Plato, Phrotagoras, Aries toteles dan lain-lain. Demikian juga di dunia Islam Filsafat sudah dikenal sejak abad ke-2 Hijriah, pada masa pemerintahan bani Abasyiah yang berpusat di Baghdad. Pada saat itu banyak buku-buku Filsafat Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab, sehingga banyak menghasilkan para Filosof Islam seperti: Al Farabi, Ibnu Sina (Avencena}, Ibnu Kaldun. Hal senada juga terjadi di dunia Barat atau Eropa, ketika di pimpin oleh Khalifah Islam, disana Filsafat berkembang dan melahirkan para filosof islam seperti: Ibnu Bajjah (Avenpace}, Ibnu Tufail, dan lain-lain. Namun setelah Khalifah islam runtuh orang jarang mengenal para Filosof dari dunia Islam bahkan terkesan dunia Islam tidak mengenal Filsafat apalagi sampai memiliki para filosof muslim.
Atas dasar permasalahan diatasmaka penulis menyusuin makalah ini ynag berjudul ”IBNU BAJJAH DAN PEMIKIRAN FILSAFATNYA”. Dengan makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami ilmu filsafat berdasarkan pemikiran yang islami yang bersumber dari wahyu Allah SWT, dan dapat mengenal filosof dari dunia Islam.
B. Perumusan masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Siapakah Ibnu Bajjah dan biografinya ?
2. Apakah pemikiran filsafat Ibnu Bajjah ?
3. Bagaimanakah pemikiran Filsafat Ibnu Bajjah mengenai Ilmu pengetahuan ?
4. Apakah kontribusi Ibnju Bajjah terhadap ilmu sains ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Siapakah Ibnu Bajjah dan biografinya ?
2. Apakah pemikiran filsafat Ibnu Bajjah ?
3. Bagaimanakah pemikiran Filsafat Ibnu Bajjah mengenai Ilmu pengetahuan ?
4. Apakah kontribusi Ibnju Bajjah terhadap ilmu sains ?
D. Sistematika pembahasan
Dalam sistematika penulisan makalah ini, penilis membagi menjadi 3 bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, isinya membahas tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika pembahasan.
Bab II Ibnu Bajjah dan pemikiran filsafatnya, isinya membahas tentang: Filsafat Dan Dunia Islam, Biografi Ibnu Bajjah, Filsafat Ibnu Bajjah tentang ilmu dan Sains, Kontribusi Ibnu Bajjah Dalam Bidang Ilmu Dan Sains.
Bab III Penutup, berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran –saran.
Daftar Pustaka, berisi tentang referensi yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini.

BAB II
IBNU BAJJAH DAN PEMIKIRANNYA
A. Filsafat Dan Dunia Islam
Filsafat adalah merupakan ibu dari ilmu pengetahuan karena Filsafat memacu manusia dengan akal fikirnya untuk menguak semua hakikat dalam sebuah ilmu pengetahuan sehingga melahirkan sebuah cabang – cabang ilmu baru. Dalam Filsafat sangat mengedepankan penggunaan akal pikiran yang rasional yang merupakan anugerah dari tuhan yang maha kuasa yang merupakan keistimewaan manusia dibandingkan ciptaan-Nya yang lain. Dalam pilsafat selalu mencari kebenaran yang hakiki yang dapat membawa manusia dalam kehidupan yang damai.
Filsafat bersal dari kata arab falsafah, yang berasal dari bahasa yunani , philosophia, yang berarti philos=cinta, dan Sophia=pengetahuan jadi philosophia cinta kepada kebijaksanaan kebenaran.jadi setiap orang yang berfilsafat maka dia akan bijaksana.
Filsafat juga berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan semua manusia itu filsuf, semboyan ini benar juga, sebab semua manusia itu berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua orang yang berpikir itu adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Adapun pembentukan kata filsafat menjadi kata Indonesia diambil dari kata barat yaitu fil dan safat dari kata arab sehingga terjadilah gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat.
Filsapat pada mulanya lahir di Yunani pada masa imperium Romawi dengan melahirkan banyak ahli filsafat seperti Plato, Aries toteles, dan lain – lain. Kemudian pemikiran Filsafat masuk dan berkembang di dunia Islam pada abad ke-8 masehi atau abad ke-2 hijriah pada masa pemerintahan Daulah Abasyiah yang dikenal dengan “The Golden Of Age” karena saat itu ilmu pengetahuan berkembang pesat. Pada saat itu banyak buku – buku Filsafat Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Sejak saat itu pemikiran Filsafat berkembang di dunia Islam dari bagian timur dunia Islam (Masyriqi) hingga ke bagian barat dunia Islam (Magribi).
Di dunia islam perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di dorong oleh ajaran al-qur’an dan hadits yang menganjurkan kepada umatnya supaya menghargai kekuatan akal dan mencari ilmu pengetahuan dimanapun saja. Filsafat islam dibagian timur dunia islam(masyriqi) berbeda dengan filsafat islam di bagian barat dunia islam (Magribi).di timur terdapat tiga orang filosof terkemuka, al-kindi, al-farabi dan ibnu sina, di barat juga terdapat tiga orang filosof kenamaan, ibn bajjah, ibn thufail dan ibn rusyd. Filsafat islam lebih dulu muncul di timur sebelum di barat, sebagai akibat adanya peradaban yang berpusat di syam dan Persia setelah sebelumnya berpusat di Athena dan iskandariyah. Munculnya filsafat di kawasan maghribi terlambat dua abad lamanya dibanding dengan kehadiranya di kawasan masyriqi, setelah pemerintahan bani umayyah berdiri mantap, tidaklah sukar bagi orang arab menerjemahkan buku filsafat , kegiatan ini di lakukan oleh para cendikiawan atas dorongan para khalifah dan para penguasa arab.
Pada pertengahan abad ke-4 H, beberapa orang andalus pergi ke kawasan masyriqi untuk menuntut ilmu pengetahuan . karena kebutuhan pembangunan di andalus, orang mulai banyak menuntut ilmu matematika dan ilmu falak. Keadaan seperti itu tetap berlangsung selama dua abad, makin lama kebutuhan akan buku-buku filsafat terasa semakin mendesak, di samping kebutuhan akan buku-buku ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka lahirlah pemikir-pemikir filsafat. Dalam suasana perkembangan ilmu seperti tersebut di atas muncullah seorang filosof andalus bernama abu bakar Muhammad bin yahya ibn bajjah. Filsafat ibnu bajjah banyak terpengaruh oleh pemikiran islam dari kawasan di timur, seperti al-farabi dan ibnu sina. Hal ini di sebabkan kawasan islam di timur lebih dahulu melakukan penelitian ilmiah dan kajian filsafat dari kawasan islam di barat (andalus). Dan inilah yang mendasari penulis untuk mengkaji bagaimana sosok Ibnu Bajjah dalam memberikan perhatian dan kontribusi yang sangat besar terhadap dunia filsafat.
B. Biografi Ibnu Bajjah
Umat Islam telah sampai ke tanah Spanyol (Andalusia) semenjak zaman sahabat Rasul. Kedatangan mereka telah berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat di sana khususnya dalam bidang keilmuan. Sepanjang pemerintahan Islam di Spanyol, telah lahir sejumlah cendikiawan dan sarjana dalam pelbagai bidang ilmu. Sebagian mereka ialah ahli sains, matematika, astronomi, perobatan, filsafat, sastera, dan sebagainya.
Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya al-Saigh atau lebih terkenal sebagai Ibnu Bajjah adalah salah seorang diantara para cendekiawan Muslim tersebut,dia berasal dari keluarga al-tujib karena itu ia dikenal sebagai al-tujibi yang bekerja sebagai pedagang emas (bajjah=emas).tetapi di Barat ia lebih dikenal dengan nama Avempace. Ibnu Bajjah sebagai sarjana Muslim multi-telenta. Ibnu Bajjah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisika, psikologi, pujangga, filsuf dan ahli logika dan matematikus. Sang ilmuwan agung ini terlahir di Saragosa, Spanyol tahun 1082 M. Ibnu Bajjah mengembangkan beragam ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun.Ibnu Bajjah dikenal sebagai penyair yang hebat. Pamornya sebagai seorang sastrawan dan ahli bahasa begitu mengkilap. Salah satu bukti kehebatannya dalam bidang sastra dibuktikannya dengan meraih kemenangan dalam kompetisi puisi bergengsi di zamannya. Selain dikenal sebagai seorang penyair, Ibn Bajjah juga dikenal sebagai musisi. Ia piawai bermain musik terutama gambus. Yang lebih mengesankan lagi, Ibnu Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Alquran.
Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah pun dikenal pula sebagai politikus ulung.Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa. Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa. Setelah itu, Ketika kota Saragossa jatuh ketangan raja alfonso 1 di Aragon ibnu bajjah terpaksa pindah ke kota Seville via Valencia. Di kota ini ia bekerja sebagai seorang dokter. Kemudian dari sini ia pindah ke Granada dan selanjutnya berangkat ke afrika utara, pusat kerajaan dinasti murabith barbar. Setelah itu Ibnu bajjah berangkat pula ke fez, marokko. Di kota ini ia di angkat menjadi wazir oleh Abu bakar yahya ibnu yusuf ibnu tashfin selama 20 tahun. Akhirnya di kota inilah ia menghembuskan napasnya yang terakhir pada bulan ramadhan 533 H/1138 M, menurut beberapa informasi kematianya ini karena di racuni oleh temanya, “Ibn zuhr” dokter termasyhur pada zaman itu, yang iri hati terhadap kejeniusanya.
C. Filsafat Ibnu Bajjah
a)Epistimologis
Sebagai tokoh pemula filsafat islam di Dunia islam barat, ibn bajjah tidak lepas dari pengaruh saudara-saudaranya, filsuf dari islam timur. Terutama pemikiran al-Farabi dan Ibn Sina. Dalam bukunya yang terkenal tadbir al- mutawahhid, ibn bajjah mengemukakan teori al-ittishal, yaitu bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan akal fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan insaniah.
Berkaitan dengan teori al-ittishal tersebut, ibn bajjah juga mengajukan satu bentuk epistimologi yang berbeda dengan corak yang dikemukakan al-Ghozali di Dunia islam timur. di Dunia islam timur.kalau al-Ghozali berpendapat bahwa ilham adalah sumber pengetahuan yang lebih penting dan lebih dipercaya, maka ibn bajjah mengkritik pendapat itu, dan menetapkan bahwa sesungguhnya perseorangan mampu sampai pada puncak pengetahuan dan dan melebur kedalam akal fa’al, bila ia bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Karena masyarakat bisa melumpuhkan daya kemampuan berpikir perseorangan dan menghalanginya untuk mencapai kesempurnaan, hal ini disebabkan masyarakat itu berlumuran dengan perbuata-perbuatan rendah dan keinginan hawa nafsu yang kuat. jadi, dengan kekuatan dirinya manusia bisa sampai kepada martabat yang tinggi, melalui pikiran dan perbuatan.
Pemikiran tentang epistimologi ini disebut ibn bajjah dalam bukunya, tadbir al-mutawahhidyang berisi delapan pasal, dapat disarikan sebagai berikut:
Pasal pertama: penjelasan kata tadbir, ibn bajjah menjelaskan arti kata tadbir dipakai terhadap setiap kumpulan peraturan yang mengenai dengan perbuatan menuju suatu tujuan, seperti mengatir keluarga atau Negara. Manakalah perbuatan-perbuatan seorang yang bertujuan kepada maksud yang tinggi, haruslah perbuatan itu timbul dari pemikiran yang luas, jauh sekali dari pengaruh luar.
Pasal kedua: berisi penjelasan tentang perbuatan-perbuatan yang bersifat kemanusiaan, untuk menjelaskan yang mungkin membuktikan tujuan “orang yang menyendiri” dibaginya perbuatan kepada dua bagihan:
1-perbuatan yang timbul dari kehendak mereka, sesudah memperhatikan dan mempertimbangkan.
2- suatu perbuatan yang timbul dan bersifat instink hewani yang tunduk kepada jiwa manusia yang berpikir. Perbuatan ini dinilai tingkatan akhlak yang paling tinggitetapi, manakalah seseorang yang kekuatan hewaninya bisa mengalahkan kekuatan berpikirnya, maka ia lebih hina daripada hayawan.
Pasal ketiga: yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan menyendiri, yaitu memperoleh urusan yang bersifat pemikiran, maka wajiblah mengetahui urusan-urusan ini.
Pasal keempat: pembahagian perbuatan manusia kepada tiga macam:
1- perbuatan yang tujuanya berpa bentuk jasmani, seperti minum, makan, pakaian dan yang serupa seperti itu.
2- Perbuatan yang tujuanya adalah bentuk rohaniah perseorangan, bukanlah kelezatan hewani yang menjadi tujuan daripada bahagian ini, tapi yang dituju adalah menyempurnakan bentuk rohani, sehingga seseorang memperoleh ketentraman pikiran dan kesenangan perasaan.
3- Perbuatan yang bertujuan bentuk rohaniah umum. Perbuatan ini adalah perbuatan rohaniah yang lebih sempurna, yang berhubungan dengan akal aktif(akal fa’al).
Pasal kelima: berisi bahwa seorang mutawahhid (penyendiri) harus memilih perbuatan yang paling tinggi, sehingga sampai kepada tujuan akhir.
Pasal enam dan pasal tujuh, kembali memperpanjang uraian mengenai bentuk-bentuk rohaniah dan perbuatan-perbuatan yang bertalian dengannya serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Pasal kedelapan: menjelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan akhir.
b) Metafisika
Menurut Ibnu bajjah, segalah yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang di gerakkan. Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini di gerakkan oleh penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari subtansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas) yang oleh ibnu bajjah disebut dengan ‘aql.
Kesimpulanya, gerakan alam ini –jism yang terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari subtansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak bergerak adalah ‘aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql inilah disebut dengan Allah (‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-farabi dan ibnu sina sebelumnya.
Perluh di ketahui bahwa para filosof muslim pada umumnya menyebut Allah itu adalah ‘aql. Argumen yang mereka majukan adalah Allah pencipta dan pengatur alam yang beredar menurut natur rancangan-Nya, mestilah ia memiliki daya berpikir. Kemudian dalam mentauhidkan Allah semutlak-mutlaknya, para filosof muslim menyebut Allah adalah zat yang mempunyai daya berpikir (‘aql), juga berpikir (‘aqil) dan objek pemikiranya sendiri (ma’qul). Keseluruhanya adalah zat-Nya yang Esa.
Sebagaimana Aristoteles, ibnu bajjah juga mendasarkan filsafat metafisikanya pada fisika. Argument adanya Allah adalah dengan adanya gerakan di alam ini. Jadi, Allah adalah azali dan gerakanya adalah bersifat tidak terbatas.
Disinlah letak kelebihan ibnu bajjah walaupun ia berangkat dari filsafat gerak aristoteles, namun ia kembali kepada ajaran islam. Dasar filsafat aristoteles ialah ilmu pengetahuan alam yang tidak mengakui adanya sesuatu di balik alam empiris ini. Kendatipun penggerak pertama berbeda dengan materi, namun ia masih bersifat empiris. Ibnu bajjah tampaknya berupaya mengislamkan argument metafisika aristoteles. Karena itu , menurutnya Allah tidak hanya penggerak, tetapi ia adalah pencipta dan pengatur alam.
C. JIWA
Menurut pendapat ibnu bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini tidak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah antaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan’ yang di sebut juga oleh ibnu bajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-garizi) atau roh insting. Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.
Jiwa menurut ibnu bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang yang berakal. Ia dapat bersatu dengan akal fa’al yang di atasnya dengan jalan ma’rifah filsafat.
D. AKAL DAN MA’RIFAH
Ibnu bajjah menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting. Dengan perantaraan akal, manusia dapat mengetahui sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah ilahiyat. Akal menurut ibnu bajjah terdiri dari dua jenis. Akal teoritis dan akal praktis. Akal teoritis di peroleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkret atau abstrak. Sedangkan akal praktis di peroleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pengetahuan yang di peroleh akal ada dua jenis pula. Yang dapat di pahami , tetapi tidak dapat di hayati; yang dapat dipahami dan dapat pula dihayati.
Berbeda dengan Al-ghazali, menurut ibnu bajjah manusia dapat mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata, bukan dengan jalan sufi melalui al-qlb, atau al-zauq. Manusia kata ibnu bajjah, setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat akan dapat bersatu dengan akal aktif dan ketika itulah ia akan memperoleh puncak ma’rifah karena limpahan dari Allah.
E. Etika Dan Akhlak
Ibnu bajjah membagi perbuatan manusia kepada dua bagian. Bagian pertama, ialah perbuatan yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan denganya, baik dekat atau jauh. Bagian kedua ialah perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi dan bagian ini disebutnya, perbuatan-perbuatan manusia.
Pangkal perbedaan antara kedua bagian tersebut bagi ibnu bajjah bukan perbuatan itu sendiri melainkan motifnya. Untuk menjelaskan kedua macam perbuatan tersebut, ia mengemukakan seorang yang terantuk dengan batu, kemudian ia luka-luka, lalu ia melemparkan batu itu. Kalau ia melemparnya karena telah melukainya maka ia adalah perbuatan hewani yang didorong oleh naluri kehewananya yang telah mendiktekan kepadanya untuk memusnahkan setiap perkara yang menganggunya.
Kalau melemparkanya agar batu itu tidak mengganggu orang lain,bukan karena kepentingan dirinya, atau marahnya tidak bersangkut paut dengan pelemparan tersebut, maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Pekerjaan yang terakhir ini saja yang bisa dinilai dalam lapangan akhlak, karena menurut ibnu bajjah hanya orang yang bekerja dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada hubunganya dengan segi hewani padanya, itu saja yang bisa dihargai perbuatanya dan bisa di sebut orang langit.
Setiap orang yang hendak menundukkan segi hewani pada dirinya, maka ia tidak lain hanya harus memulai dengan melaksanakan segi kemanusiaanya. Dalam keadaan demikianlah, maka segi hewani pada dirinya tunduk kepada ketinggian segi kemanusiaan, dan seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekuranganya, karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukanya kepada naluri.
F. MANUSIA PENYENDIRI
Filsafat ibnu bajjah yang paling populer ialah manusia penyendiri (al-insan al-munfarid) dalam menjelaskan manusia penyendiri ini, ibnu bajjah terlebih dahulu memaparkan pengertian tadbir al-mutawahhid. Lafal tadbir, adalah bahasa arab, mengandung pengertian yang banyak, namun pengertian yang diinginkan oleh beliau ialah mengatur perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkan, dengan kata lain aturan yang sempurna. Dengan demikian, jika tadbir dimaksudkan pengaturan yang baik untuk mencapai tujuan tertentu,maka tadbir tentu hanya khusus bagi manusia. Sebab pengertian itu ,hanya dapat dilakukan dengan perantaraan akal,yang akal hanya terdapat pada manusia. Dan juga perbuatan manusia berdasarkan ikhtiar. Hal inilah yang membedakan manusia dari makhluk hewan.
Lebih lanjut ibnu bajjah menjelaskan tentang tadbir bahwa kata ini mencakup pengertian umum dan khusus .tadbir dalam pengertian umum, seperti disebutkan diatas ,adalah segala bentuk perbuatan manusia. Sementara itu tadbir dalam pengertian khusus adalah pengaturan negara dalam pencapaian tertentu. Yakni kebahagian.pada pihak lain ,filosof pertama spanyol ini menghubungkan istilah tadbir pada Allah swt.maha pengatur, yang disebut al-mutadabbir.ia telah mengatur alam sedemikian rapi dan teratur tanpa cacat. Pemakaian kata ini kepada Allah hanya untuk penyerupaan semata. Akan tetapi,pendapat ibnu bajjah ini memang ada benarnya.tadbir yang akan dilaksanakan manusia mestinya mencontoh kepada tadbirnya allah swt.terhadap alam semesta.selain itu, tadbir hanya bisa dilaksanakan degan akal dan ikhtiar.pengertian ini tercakup manusia yang memiliki akal dan allah yang dalam filsafat disebut dengan aql.
Adapun yang disebut degan istilah al-mutwahhid ialah manusia penyendiri. Degan kata lain, seorang atau beberapa orang, mereka mengasingkan diri masing-masing secara sendiri-sendiri, tidak berhubungan dengan orang lain , mereka harus mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan masyarakat yang tidak baik. Mereka cukup hanya berhubungan dengan ulama atau ilmuwan, apabila para filosof tidak melakukan hal demikian mereka tidak akan mungkin berhubungan dengan akal fa’al karena pemikiran mereka akan merosot dan tidak pernah mencapai tingkat akal mustafad,yakni akal yang dapat berhubungan dengan akal fa’al. itulah sebabnya beliau menyamakan manusia penyendiri bagaikan tumbuhan. Jika ia tidak menyendiri dalam menghadapi kondisi seperti itu ia akan layu, artinya pemikiran filsafatnya mengalami kemunduran. Jika ini terjadi filosof di maksud tidak akan pernah mencapai kebahagiaan (sa’adah). Ibnu bajjah dalam filsafatnya ini dapat di kelompokkan ke dalam filosof yang mengutamakan amal untuk mencapai derajat manusia yang sempurna. Pada pihak lain, filsafat manusia penyendiri ibnu bajjah ini cocok dengan zaman modern ini. Manusia apabila hidup dalam masyarakat yang bergelimang dalam kemaksiatan dan kebobrokan atau dalam masyarakat materialistis harus membatasi pergaulanya dalam masyarakat dan ia hanya berhubungan dengan masyarakat ketika memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupannya semata.
POLITIK
Dari pengertian mutawahhid, banyak orang mengira bahwa ibn bajjah menginginkan supaya seseorang menjauhkan diri dari masyarakat ramai. Tetapi sebenarnya ibn bajjah bermaksud bahwa seorang mutawahhid sekalipun harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang itu mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.dengan perkataan lain ia harus berpusat pada dirinya dan merasa selalu bahwa dirinya menjadi contoh ikutan orang lain, serta sebagai penyusun perundang-undangan bagi masyarakat, bukan malah tenggelam dalam masyarakat itu.
Tindakan-tindakan mulia itu kemungkinan bisa diterapkan di Negara utama.dalam bentuk-bentuk Negara Daerah yang rusak, semua tindakan dilakukan secara terpaksa dan impulsive. karena penduduknya tidak bertindak secara rasional, dan sukarela tetapi didorong, misalnya pencaharian kebutuhan hidup, kesenangan pujian, atau kejayaan. Dalam kehidupan rezim yang tidak sempurna ini, dimana aspirasi intelektual dirintangi, maka tindakan seseorang yang terkucil, menarik diri dari pergaulan manusia, didalam Negara semacam ini untuk apolitik.
C. Filsafat Ibnu Bajjah Tentang Ilmu Dan Sains
Pandangan filsuf multitalenta ini dipengaruhi oleh ide-ide Al-Farabi. Al-Farabi dan Ibnu Bajjah meletakkan ilmu untuk mengatasi segala-galanya. Mereka hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu hakikat yang padu. Upaya untuk memisahkan kedua-duanya hanya akan melahirkan sebuah masyarakat dan negara yang pincang. Oleh sebab itu, akal dan wahyu harus menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah negara serta masyarakat yang bahagia.
Ibnu Bajjah pun sangat menguasai logika. Menurutnya, sesuatu yang dianggap ada itu sama benar-benar ada atau tidak ada bergantung pada yang diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan. Justru, apa yang diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu boleh jadi mungkin benar dan tidak benar.
Kenyataannya, banyak perkara di dunia yang tidak dapat diuraikan menggunakan logika. Jadi, Ibnu Bajjah belajar ilmu-ilmu lain untuk membantunya memahami hal-hal yang berkaitan dengan metafisika, seperti ilmu sains dan fisika.
Ibnu Bajjah juga terkenal dengan ungkapan yang menyebut manusia sebagai ”makhluk sosial”. Pendapat itu dilontarkan jauh sebelum sarjana Barat mencetuskannya. Ia pun telah menguraikan konsep masyarakat madani dalam tulisannya pada abad ke-11 M. Kehebatannya dalam berbagai ilmu telah membuat banyak kalangan benci dan iri.
D. Kontribusi Ibnu Bajjah dalam Bidang Sains
ASTRONOMI
Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah telah mencetuskan sebuah model planet. ”Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah telah menemukan sebuah sistem yang tak menyebut terjadinya epicycles. Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,” ungkap Maimonides.
Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles tentang Meteorologi. Ia bahkan telah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan.
Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ”Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan satu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ”khayal muttasil” (gambar yang berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ”khayal muttasil” itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).” Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M.
FISIKA
Dalam bidang fisika Islam, Ibnu Bajjah mengungkapkan hukum gerakan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya itu menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern. Pemikirannya dalam bidang fisika banyak memengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan, seperti Galileo Galilei. Tak heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat mirip dengan yang dipaparkan Galilei.
Menurut Ibnu Bajjah: Kecepatan = Gaya Gerak – Resistensi Materi. Ibnu Bajjah pun adalah fisikawan pertama yang mengatakan selalu ada gaya reaksi untuk setiap gaya yang memengaruhi. Ibnu Bajjah pun sangat memengaruhi pemikiran Thomas Aquinas mengenai analisis gerakan. Inilah salah satu bukti betapa peradaban barat banyak terpengaruh dengan sains yang dikembangkan ilmuwan Muslim.
PSIKOLOGI
Ibnu Bajjah pun juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam. Pemikirannya tentang studi psikologi didasarkan pada ilmu fisika. Dalam risalah yang ditulisnya berjudul, Recognition of the Active Intelligence, Ibnu Bajjah menulis inteligensia aktif adalah kemampuan yang paling penting bagi manusia. Dia juga menulis banyak hal tentang sensasi dan imajinasi.
”Pengetahuan tak dapat diperoleh dengan pikiran sehat saja, tapi juga dengan inteligensia aktif yang mengatur intelegensia alami,” ungkap Ibnu Bajjah. Ia juga mengupas tentang jiwa. Bahkan, secara khusus Ibnu Bajjah menulis kitab berjudul, Al-Nafs, atau Jiwa. Dia juga membahas tentang kebebasan. Menurut dia, seseorang dikatakan bebas ketika dapat bertindak dan berpikir secara rasional.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Filsapat adalah berfikir secara mendalam, radikal, pundamental, guna mengungkap hakikat sesuatu hal.
2. Ibnu bajah adlah ilmuwan dengan multi talenta yang dapat menguasai berbagai bidang disiplin ilmu seperti: filsafat, fisika, kedokteran, psikologi, politik, dan lain-lain.
3. Dalam islam Filsapat juga diperlukan karena dapat membuat orang berpikir menyeluruh untuk mengenal tuhannya {Ma’rifatullah}
2. Saran
1. Setelah menelaah dan memahami materi dalam bab yang lalu dan berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis ingin memberikan saran – saran sebagai berikut:
2. Setiap orang hendaknya mampu menggunakan akal pikirnya secara mendalam agar dapat mengungkap hakikat segala sesuatu ynag ada di hadapannya.
3. Setiap muslim hendaknya engambil teladan dari para ilmuan islam seperti Ibnu Bajjah yang dapat menguasai berbagai disiplin ilmu.
4. Setiap muslim hendaknya menggunakan akal pikirannya yang rasional dan jernih dalam memandang ajaran agama dan mengenal ayat-ayat tuhannya, baik ayat kauliyah mapun ayat kauniyah.
Demikianlah makalah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir semester dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan, dan semoga makalah ini menjadi penambah wawasan dan tsakofah islamiah seputar filsafat bagi para pembaca. Penulis juga merasa memerlukan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan dikemudian hari. Mudah-mudahan allah swt. senantiasa memberikan berkah dan manfaat dari makalah ini bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution Hasimsyah. 2003, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mustofa. 2009, Filsafat Islam, bandung: pustaka setia.
Zar Sirojuddin. 2004, Filsafat Islam-filosof & filsafatnya, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
===================================
diambil dari sini
 

Komentar